Jumat, 13 Mei 2011

TATA SURYA BARU








Kepler, obeservatorium luar angkasa milik NASA menemukan sistem tata surya yang terdiri dari enam buah planet mengitari bintang serupa Matahari. Oleh sejumlah astronom, planet-planet itu disebut sebagai mini Neptunus.



Lima planet baru itu mengorbit dekat dengan mataharinya (Kepler 11), lebih dekat dibandingkan dengan jarak Matahari ke planet Merkurius milik tata surya kita. Adapun planet keenam berada di jarak yang lebih jauh. Kurang lebih berjarak sama dengan jarak Matahari ke Venus.

“Ini merupakan sistem planet yang sangat rapat,” kata Jonathan Fortney, astronom dari Lick Observatory, University of California, Santa Cruz, seperti dikutip dari National Geographic, 4 Februari 2011. 

Planet-planet tersebut (diberi nama Kepler 11b sampai Kepler 11g), kata Fortney, berukuran relatif kecil, mulai dari 2 hingga 4,5 kali ukuran Bumi. Selain itu, planet baru yang ditemukan juga ternyata sangat ringan. “Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar planet-planet itu terdiri dari gas,” ucapnya.

Dari penelitian, diketahui bahwa empat dari enam planet itu memiliki atmosfir tebal yang mengandung hidrogen dan helium.

Dua planet yang lebih dekat ke bintangnya memiliki densitas yang lebih tinggi. Diperkirakan, kedua planet ini memiliki atmosfir yang sebagian besar terdiri dari air, dan hanya sedikit hidrogen dan helium.

“Dapat menemukan banyak planet milik sebuah bintang dan dapat mengkalkulasikan kandungan planet itu merupakan anugerah ilmiah,” kata Fortney. “Sama seperti paleontologis yang mempelajari spesies dinosaurus, astronom bisa melihat banyak dunia lain yang lahir bersamaan untuk lebih memahami transformasi planet-planet,” ucapnya.

Kini, kata Fortney, kita bisa melakukan perbandingan ilmiah. “Kita bisa memperkirakan bagaimana evolusi planet-planet telah menyimpang sejalan dengan waktu,” ucapnya.


SUMBER : VIVANEWS.COM

AKTIVITAS MATAHARI










Ilmuwan Badan Antariksa AS (NASA) berhasil menangkap citra terbaik aktivitas bintik matahari dalam jarak dekat. Pada gambar bergerak itu nampak gas-gas berkekuatan luar biasa menciptakan bintik matahari raksasa.

Percaya atau tidak, gambar ini diambil ketika aktivitas di permukaan Matahari relatif tenang. Tak hanya terpusat di satu spot, bintik matahari bergerak di seluruh permukaan.

Area yang mengeluarkan cahaya terang dekat horison dinamakan AR 9169, yakni sekelompok bintik matahari dari siklus terakhir.



Daerah yang terlihat gelap dan dingin diestimasi mencatat temperatur hingga ribuan derajat Celcius. Sedangkan gas bersinar yang terang di sekitar bintik matahari memiliki suhu lebih dari satu juta derajat Celcius.

Suhu yang tinggi di matahari sampai sekarang masih menjadi misteri. Selama ini, dugaan terkuat adalah disebabkan oleh perubahan putaran medan magnet yang sangat cepat yang membuat plasma surya.

Citra di bawah ini tertangkap pertama kali oleh satelit Transition Region and Coronal Explorer milik NASA.



Seperti diketahui, 1 Maret silam, letusan bintik matahari sempat kacaukan frekuensi radio telekomunikasi di Bumi. Dan, kemungkinan gangguan itu tidak berhenti di situ.

Ancaman terhadap Bumi akan meningkat tahun ini karena matahari tengah memasuki masa paling aktif dalam siklus alaminya selama 11-12 tahun terakhir. Terakhir kali, aktivitas matahari terbesar terjadi pada tahun 2001.

Ketika itu, sekitar bulan Februari, dunia terkena dampak ledakan bintik matahari. Letusan yang disinyalir terkuat dalam 5 tahun terakhir itu mengirimkan arus plasma yang mengarah ke Bumi dengan kecepatan 580 mil per detik.

Dikutip dari Daily Mail, Selasa 12 April 2011, badai itu menciptakan citra aurora yang spektakuler dan berhasil mengganggu komunikasi radio di Bumi.

Badai ini bukan sesuatu yang baru. Letusan bintik matahari terbesar justru tercatat oleh astronom Inggris, Richard Carrington, pada tahun 1859.